Ritual Nyobeng merupakan ritual memandikan atau membersihkan
tengkorak kepala manusia hasil mengayau oleh nenek moyang suku Dayak Bidayuh.
Ini dilakukan suku Dayak Bidayuh, satu diantara sub-suku Dayak di Kampung
Sebujit, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Nyobeng dulu
sebenarnya berasal dari kata Nibakng atau Sibang yang merupakan kegiatan Ritual
yang besar dan tidak bisa sembarangan. Pemerintah yang datang ke daerah dulu,
mereka menyebutnya Sibakng itu adalah Sobeng. Kalau Sibakng lebih bagus kenapa
kita tidak menyebutnya Nyobeng, kata mereka.
Nibakng sebenarnya sama, yaitu
pertama Nibakng ini merupakan kegiatan tahunan yang paling besar merupakan
ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tipaiakng (dalam bahasa sukuDayak
Bidayuh), atas berkat panen padi yang diterima masyarakat suku Dayak Bidayuh
dan yang kedua dulu merupaka ritual untuk menghormati kepala manusia hasil
mengayau. Tetapi intinya adalah ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
(tipaiakng) dalam bahasa suku Dayak Bidayuh, atas berkat panen padi yang
melimpah, ini merupakan tujuan sesungguhnya dari ritual Nyobeng itu sendiri. Mengayau adalah memengal kepala manusia dan tengkoraknya diawetkan. Sekarang
tradisi mengayau sudah tidak dilakukan lagi.
Upacara ini cukup mengharukan dan
berlangsung selama tiga hari, mulai 15 – 17 juni yang harus di laksanakan
setiap tahun. Pra kegiatan ritual Nyobeng dilakukan dengan buka rumah Baluk
(rumah adat Suku Dayak Bidayuh) pada 13 Juni. Pembukaan rumah adat ini juga
dilakukan dengan sebuah ritual, yaitu ritual buka rumah Baluk, ada beberapa
sesajian yang menjadi syarat ritual ini, yaitu sirih, gambir, kapur, pinang,
tuak, daun jeruk dan bawang kucai sebagai pewanginya. Setelah rumah Baluk di
buka musik dengan alat tradisional yang ada di dalam rumah Baluk harus
dimainkan terus, musik itu disebut musik simaniamas, yaitu musik santai dan
persahabatan. Inti dari ritual Nyobeng yakni, memandikan tengkorak kepala
manusia hasil mengayau yang disimpan dalam rumah Baluk. Sesuai aturan yang
dipercaya secara turun temurun. Di mulai menyambut tamu di batas desa. Awalnya,
ini dilakukan untuk menyambut anggota kelompok yang datang dari mengayau.